Sabtu, 21 Juni 2008

4 ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Jum’at, 2008 Mei 16
4 ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat Pendidikan
Merupakan terapan dari filsafat umum, maka selama membahas filsafat pendidikan akan berangkat dari filsafat.
Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.
Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab/aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.
Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu
a. Filsafat pendidikan “progresif”
Didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantik naturalisme dari Roousseau
b. Filsafat pendidikan “ Konservatif”.
Didasari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme (humanisme rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius.

Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme, perenialisme,dan sebagainya.

Berikut aliran-aliran dalam filsafat pendidikan:
1. Filsafat Pendidikan Idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali

2. Filsafat Pendidikan Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.

3. Filsafat Pendidikan Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach

4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.

5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich

6. Filsafat Pendidikan Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff

7. Filsafat Pendidikan esensialisme Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.

8. Filsafat Pendidikan Perenialisme Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.

9. Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.

Fenomena ”Hidup Lebih Maju”
Setiap orang, pasti menginginkan hidup bahagia. Salah satu diantaranya yakni hidup lebih baik dari sebelumnya atau bisa disebut hidup lebih maju. Hidup maju tersebut didukung atau dapat diwujudkan melalui pendidikan. Dikaitkan dengan penjelasaan diatas, menurut pendapat saya filsafat pendidikan yang sesuai atau mengarah pada terwujudnya kehidupan yang maju yakni filsafat yang konservatif yang didukung oleh sebuah idealisme, rasionalisme(kenyataan). Itu dikarenakan filsafat pendidikan mengarah pada hasil pemikiran manusia mengenai realitas, pengetahuan, dan nilai seperti yang telah disebutkan diatas.
Jadi, aliran filsafat yang pas dan sesuai dengan pendidikan yang mengarah pada kehidupan yang maju menurut pikiran saya yakni filsafat pendidikan progresivisme (berfokus pada siswanya). Tapi akan lebih baik lagi bila semua filsafat diatas bisa saling melengkapi.
at 13:18
Labels: Filsafat

Kamis, 19 Juni 2008

PENGALAMAN KEHILANGAN PERCAYA DIRI

KAMIS, 27 APRIL 2008


Kamis,13 Maret 2008
PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PENGALAMAN KEHILANGAN PERCAYA DIRI

Sebelum saya menceritakan ketika saya merasa kehilangan percaya diri, saya akan menjelaskan beberapa faktor ketika seseoarang kehilangan percaya diri. Orang bijak mengatakan kehilangan percaya diri itu disebabakan karena beberapa faktor seperti,fisik, ekonomi, kurang pengalaman, dsb.
Pada saat saya duduk dibangku kelas 1 Madrasah Aliyah Negeri 4 Model Jakarta, saya merasa sangat minder dan kurang percaya diri terhadap teman-teman yang lain, pada saat itu saya menganggap mereka lebih pintar dari kemampuan yang saya miliki. Apalagi kebanyakan dari mereka dari kalangan atas, saya memiliki teman yang baik hati, setiap pulang sekolah kami selalu pulang bersama, ongkos naik bisnya pun selalu teman saya yang bayar. Itu merupakan satu kenikmatan yang harus saya syukuri.
Akhirnya, setelah mengalami proses saya bisa menyesuaikan diri dengan teman-teman dikelas 1-10, teman-teman saya sangat baik, bersahabat dan berbagi, antara yang satu dengan yang lain berteman dengan akrab. Saya juga memiliki teman satu bangku yang sangat baik, kami berdua masih selalu berhubungan hingga sekarang ini, walaupun kami berbeda Universitas. Pada saat itu ketika pembagian raport tiba. Hati ini bergetar rasanya, akhirnya saya masih diberi nikmat oleh yang Maha kuasa, karena diberikan peringkat 10 besar, sayapun langsung mengucap syukur kepada Ilahi Rabbi.
Ketika kami akan menginjak kelas 2, kami berpisah dari teman-teman kelas 1, karena dikelas ini, sesuai dengan jurusan dan keinginan setiap siswa, akhirnya saya duduk dikelas 2 arab 1. Alhamdulilah dikelas 2 arab ini, saya merasa memiliki kepercayaan diri, tidak seperti dikelas 1. Dikelas 2 arab 1, saya tidak memiliki banyak pengalaman yang diceritakan , karena saya merasa memiliki kedamaian hati, itulah yang saya rasakan.
Ketika beranjak ke kelas 3, kelas kami diacak lagi dan teman-teman pun berubah lagi, tetapi saya tetap dikelas 3 arab 1, dikelas ini saya merasa kehilangan percaya diri lagi, apalagi 3 arab 1 adalah kelas unggulan. Ditambah dengan harus mempersiapakan diri untuk menghadapi ujian Nasional. Dikelas 3, saya selalu berusaha menjadi yang terbaik diantara temen-teman yang lain, saya kurang percaya diri pada pelajaran bahasa arab, padahal itu adalah pelajaran jurusan saya sendiri. Guru bahasa arab pada waktu itu sangat tegas, disiplin, mengerti dan memahami, setiap mengajar beliau selalu melempar beberapa pertanyaan kepada salah satu muridnya, ketika satu pertanyaan dilemparkan kepada saya, itulah saat yang paling menegangkan. Saya merasa makhluk Tuhan yang paling menderita apabila tidak bisa menjawab pertanyaannya, merasa paling bahagia apabila bisa menjawab pertanyaannya dengan sempurna dan tepat. Hari demi hari berlangsung, seperti itulah sebagian kegiatan yang kami lakukan apabila pelajaran bahasa arab sedang berlangsung. Pada saat itu saya merasa kurang percaya diri dengan kemampuan bahasa arab yang saya miliki, padahal apabila kita terus belajar dan melatihnya, INSYAALLAH kita akan bisa dan meraih kesuksesan. Itulah kisah tentang kehilangan percaya diri saya, ketika bersekolah di MAN 4 MODEL JAKARTA..........

TOKOH-TOKOH PAKAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DI AWAL PERKEMBANGANNYA

JohnDewey(1859-1952)

John Dewey adalah seorang profesor di universitas Chicago dan Columbia (Amerika). Teori Dewey tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah "Child Centered Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti yang diungkapkan Dewey dalam bukunya "My Pedagogical Creed", bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang. Aplikasi ide Dewey, anak-anak banyak berpartisipasi dalam kegiatan fisik, baru peminatan.

Bandingkan pendapat Dewey tsb dengan sabda Rasulullah SAW "didiklah anak-anakmu untuk jamannya yang bukan jamanmu"

. Maria Montessori (1870 - 1952)

Sebagai seorang dokter dan antropolog wanita Italy yang pertama, ia berminat terhadap pendidikan anak terbelakang, yang ternyata metodenya dapat digunakan pada anak normal.

Tahun 1907 ia mendirikan sekolah "Dei Bambini" atau rumah anak di daerah kumuh di Roma. Metode Montessori adalah pengembangan kecakapan indrawi untuk menguasai iptek untuk diorganisasikan dalam pikirannya, dengan menggunakan peralatan yang didesain khusus. Belajar membaca dan menulis diajarkan bersamaan. Montessori berpendapat anak usia 2 - 6 tahun paling cepat untuk belajar membaca dan menulis. Kritik terhadap Montessori adalah karena kurang menekankan pada perkembangan bahasa dan sosial, kreatifitas, musik dan seni.

Ijtihad dengan hasil yang benar bernilai dua, apabila hasilnya salah nilainya satu, sedangkan taklid atau mengikuti bernilai nol, jadi berfikir kreatif itu dikehendaki oleh Allah SWT.



John Dewey dalam buku Education and Democracy (1916) telah mendengungkan konsep pendidikan integral berdasarkan pada kemampuan, kebutuhan, dan pengalaman peserta didik. Pendidikan yang berbasis realitas dan pengalaman anak didik sebenarnya bentuk perlawanan dan kritik pada pola-pola pendidikan tradisional yang hanya memindahkan ilmu pengetahuan masa lampau kepada tiap generasi baru.
1. Konsep Pengalaman

Aspek pengalaman dalam pendidikan dapat kita lihat dalam buah pikiran John Dewey.(1859-1952). Dewey berpendapat bahwa pendidikan adalah proses rekonstruksi dan reorganisasi pengalaman-pengalaman. Melalui pengalaman seseorang akan memperoleh makna dan sekaligus peluang untuk memperoleh pengalaman berikutnya. Untak itulah J.Dewey menegaskan bahwa konsep pengalaman merupakan intipati pendidikan. Kunci untuk memahami diri dan dunia kita menurut Dewey, tiada lain adalah pengalaman-pengalaman kita sendiri. Dengan kata lain J.Dewey mencita-citakan adanya strategi pendidikan moral yang mengangkat pengalaman hidup anak didik. Pengalaman hidup ini bisa berasal dari aktivitas keseharian, ataupun dari kegiatan yang diprogramkan oleh lembaga-lembaga tertentu






william james "Pragmatisma"
Saturday, December 8th 2007, 10:38 AM 185 0

William James (1842-1910), mungkin adalah filsuf dan psikolog Amerika yang paling berpengaruh, dilahirkan di kota New York , tetapi menghabiskan masa kecilnya di Eropa.
Pendidikan dasarnya tidaklah biasa dan berganti-ganti, dikarenakan seringnya berpindah dari satu kota ke yang lain dan juga keinginan ayahnya agar dia lebih berkembang. Dia melewatkan masa pendidikannya disekolah umum dan dari guru bimbingan pribadinya di Swiss, Prancis, Inggris dan Amerika. Selama thun-tahun itu, dia hanya bisa membayangkan bagaimana kehidupan di sekolah sebenarnya. Setelah mendalami seni selama beberapa tahun, dia menyadari bahwa seni bukanlah bidangnya; dan pada tahun 1861 dia masuk ke Lawrence Scientific School di Cambridge, yang memberikan karir di bidang sains dan koneksi dengan Universitas Harvard yang terus berlangsung seumur hidupnya.

Saat berusia 35 tahun, dia telah menjadi dosen di universitas ini. Dia menjadi instruktur fisiologi dan anatomi selama 7 tahun, guru besar filsafat selama 9 tahun, dan menjadi guru besar psikologi sampai 10 tahun terakhir dia mengajar, saat dia kembali lagi mengajar filsafat. Dia adalah penulis yang produktif dan berbakat dibidang filsafat, psikologi dan pendidikan, dan pengarunya pada kehidupan pendidikan di Amerika sangatlah mengesankan. Karya terbesar dan paling berpengaruhnmya, The Principles Of Pshychology (Dasar-dasar Psikologi), yang diterbitkan tahun 1980, nantinya akan menjadi materi pendidikan modern yang sangat berpengaruh. Pemikirannya terhadap pendidikan dan pandangannya terhadap cara kerja pengajar dapat dilihat di karyanya yang terkenal Talks to Teacher. Selain sangat terkenal, buku-buku ini memberikan pengaruh yang besar terhadap pendidikan dan pengajarnya. Teori dan praktek pendidikan, adalah hutang terbesar Amerika kepada “ Bapak Pendidikan Psikologi Modern” ini.

William James adalah seorang yang individualis. Didalam bukunya Talks to Teacher tidak terdapat pernyataan mengenai pendidikan sebagai fungsi sisal. Baginya pendidikan lebih cenderung kepada “ organisasi yang ketertarikan mendalam terhadap tingkah laku dan ketertarikan akan kebiasaan dalam tingkah laku dan aksi yang menempatkan individual pada linkungannya”. Teori perkembangan diartikannya sebagai susunan dasar dari pengalaman mental untuk bertahan hidup. Pemikirannya ini dipengaruhi oleh insting dan pengalamannya mempelajari psikologi hewan dan doktrin teori evolusi biologi.

Ketertarikan James akan insting dan pemberian tempat untuk itu dalam pendidikan, menjadikan para pembaca bukunya peraya akan salah satu tujuan terpenting didalam pendidkan adalah memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk mengikuti instingnya. Yang nantinya akan menjadi peribahasa teori pendidikan. “ Bekerjasamalah dengan insting, jangan melawannya”. Pembaca yang lebih teliti dapat menemukan tulisan yang lebih menguatkan akan hal ini, tapi ketidak raguannya ditunjukkannya melalui pernyataan-pernyataannya bahwa persatuan para psikolog telah salah mengenali kekuatan insting didalam kehidupan manusia.

Teori James akan insting sangatlah bersifat individualis dan sangatlah kolot pada pelaksanaannya. Mengesampingkan pernyataannya mengenai perubahan insting, yang berlawanan dengan diskusinya pada “Iron Law of Habit/Hukum Utama Kebiasaan” dan keprcayaannya akan tujuan dasar pendidikan sebagai pengembangan awal kebiasaan individual dan kelompok, dalam pembentukan masyarakat yang lebih sempurna.

Singkatnya, James menegaskan, dasar dari semua pendidikan adalah mengumpulkan semua insting asli yang dikenal oleh anak-anak, dan tujuan pendidikan adalah organisasi pengenalan kebiasaan seagai bagian dari diri untuk menjadikan pribadi yang lebih baik.

Sumbangan James yan paling berpenaruh terhadap metode pendidikan adalah hubungannya dengan susunan kebiasaan. James mengtakan:

“Hal yang paling utama, disemua tingkat pendidikan, adalah untuk membuat ketakutan kita menjadi sekutu bukan menjadi lawan. Untuk menemukan dan mengenali kebutuhan kita dan memenuhi kebutuhan dalam hidup. Untuk itu kita harus terbiasa, secepat mungkin, semampu kita, dan menjaga diri dari jalan yang memberi kerugian kepada kita, seperti kita menjaga diri dari penyakit. Semakin banyak dari hal itu didalam kehidupan sehari-hari yang dapat kita lakukan dengan terbiasa, semakin banyak kemampuan pemikiran kita yang dapat digunakan untuk hal yang penting lainnya.”

Dalam pembahasan mengenai metode susunan kebiasaan, James memberikan 4 atauran dasar:

1. Lengkapi dirimu dengan kekuatan dan ambillah keputusan seepat mungkin.
2. Tidakada pengecualian dalam kesempatan sampai kebiasaan baru telah tertanam dihidupmu.
3. Ambilah kesempatan yang paling pertama saat menambil tindakan.
4. Jagalah kebiasaan itu agar tetap ada dengan memberikan dorongan kecil setiap hari.


Pragmatisma

William James

Di Amerika Serikat terdapat bentuk dari filsafat empiris dan ekperimen yang paling tepat disebut sebagai Pramatism. Kita akan membahas pandangan mengenai hal itu.

Untuk tujuan itukita akan merujuk kepada bahan pembelajaran Lowell,karya William James yangterkenal, yang diterbitkan dengan judul Lectures on Pragmatism(Mempelajari Pramatisma).Tetapi sebelum itu, kita akan menandai satu poin penting, yaitu kita tidak membahas keseluruhan pemikirannya.Sebaliknya, kita akan melihat bagaimana ketidak adilan yang didapatkan pemikir besar Amerika ini yang bukunya kita jadikan sumber ide yang berharga.

Menurut James, pragmatisma adalah teori yang sesuai dengan keinginannya, atauleih tepatnya, sebua “metode”. Yang tidak untukdibandingkan dengan pemahaman religius ataupun filsafat yang mencoba memberikan penjelasan dan pengarahan didalam hidup. Pragmatisma, berdasarkan pendapat James, adalah bersifat radikal empiris, bukan kealamian. Didalam bukunya dia mengatakan: “ Tidak ada yang baru dari metode pragmatisma”. Pramatisma mewakili “ sifat-sifat empiris”. “dan diwaktu yang sama pragmatisma ada bukan untuk memberikan hasil yang istimewa, melainkan hanyalah sebuah metode”. “Pragmatisma tidak memiliki doma, dan doktrin didalam metodenya”. “Tidak ada hasil yang berbeda, lebih lanjut lagi, tetapi hanyalah sifat-sifat pemahamanlah yang dimaksudkan dari metode pragmatisma”. Sifat-sifat seperti melihat sesuatu sebagaimana adanya, dasar-dasar, “kategori”, pengenalan keinginan; dan melihat jauhke belakang, sebab-akibat dan fakta.”

Pragmatisma merupakan anthropocentis murni, dengan alas an itu pulahla dipakai kata humanisme untuk menggambarkan pramatisma. Menurut Kantian, pragmatisma adalah humanisme selama tidak mewakili kemampuan berpikir didalam dunia nyata. Sedangkan, menurut Kant, dengan pemahaman dan pemikiran yang lebih jernih, mempercayai kemampuan pemikirian dalam menciptakan gambaran tetap dari bumi (apapun yang menjadi dasarnya),pragmatisma menolak pandangan itu. “Adalah Schilcore (pelopor filsafat pragmatisma) yang menyadari adanya inti dari kenyataan yang dapat dirasakan. Keliatannya sama dengan pandangan Kant, tetapi diantara keduanya ada pemisah yaitu perbedaan mendalam antara rasioanlisme dan empirisme.

BErdasarkan hal itulah, semua ketertarikan dan alasan pribadi, dan pemikiran murni dari idealisme Hegel dapat kita katakan tidaklah ada. Alasan tidak menciptakan fakta; hanyalah memberi perintah dan mengelompokkan fakta. Seperti halnya saya menyatakan sesuatu itu benar, dan saya terus menyatakannya sampai sesuatu itu menjadi lebih dari sekedar alasan; Saya menyatakannya dengan pemikiran yang mengingatkan saya akan hubungannya dengan apa yang saya lakukan dan pikirkan.

Jalan pemikiran seperti ini, tentu saja, memerikan perhatian khusus teradap masalah yang terdapat pada teori pengetahuan, dan pemikiran lain seperti kebenaran dan kegagalan mendapatkan makna yang berbeda dari paham idealis maupun popular. Perbedaan mendasar antara benar dan salah terdapat pada pelaksanaannya. Suatu pemikiran itu benar jika pemikiran itu berguna, dan salah bila tidak dapat digunakan.

Menurut James, penilaian dan hukuman adalah penuntun sedehana dari tingkah laku, sehingga pemikiran akan norma kita tidak bersifat selamanya; lebih kepada menyesuaikan teradap situasi. Dampaknya, perbedaan antara penilaian fakta dan penilaian harga serta perbedaan antara alasan teoris dan alasan praktikal menghilang. Kata-kata “benar”dan “nyata” menyatakan bentuk dari nilai perasaan ketidakbergunaan; dan kata “baik” adalah sebuah penyamaran. Ini adalah bukti dimana James secara tidak sadar membenarkan pendapat Nietzche mengenai kekacauan pemakaian teori norma primordial.

Dampak lainnya adalah, nilai iman kita tidak memerikan bukti mengenai dunia secara keseluruhan; sesuatu benar menurutku jika itu berguna, seperti halnya kebebasan lebih beruna dari pada determinasi. Yang terakhir menghalangi kegiatanku, yang pertama memberi sayap kepadanya. Itulah sebabnya, sifat-sifat iman, atau “keinginan untuk percaya”, yang nantinya diubah oleh James menjadi “Hak untuk percaya”, adalah sebuah mesin kemajuan. Para materialitis harus disalahkan, bukan karena mereka salah, tetapi karena mereka tidak mengasilkan, atau dengan kata lain tidak memberikan hasil yang berguna seperti halnya para idealis, yang mungkin saja salah, tetapi dapat memberikan bukti
L. Thorndike
Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang belajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928.
Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey.
Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai berikut :
1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan
2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter.
3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential learning).
4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur.
5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar.
Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu :
1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya.
2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya
3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan
4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir
Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah :
1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa
2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa
Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten have pada tahun 1954 dan pada tahun 1959 ia menerbitkan garis-garis besar “Science of Andragogy”
Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pembelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri.
Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus menggunakan model andragogi, tetapi bisa digabung model pedagogi. Jika pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awal-awal pertemuan untuk mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan model andragogi sebagai penguatan dan pengembangan.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

kamis, 3 APRIL 2008
Mengapa psikologi pendidikan menjadi sangat penting untuk dipahami dan diterapkan oleh guru,saat menfasilitasi proses pembelajaranya?

Jawaban: psikologi pendidikan mempunyai peranan sangat penting bagi seorang guru dan diterapkan dalam proses belajar mengajar. Karena di dalam psikologi pendidikan ada materi yang memuat tentang segala aspek yang berhubungan dengan kejiwaan dan pola fikir seorang anak. Adanya psikologi pendidikan guru lebih memahami bagaimana caranya mempengaruhi anak didik dalam mendidik sesuai dengan usia mereka,memahami cara – cara khusus dalam melakukan pendekatan dengan mereka. Sehingga seorang guru dapat dengan mudah mengetahui karakter dari masing – masing peserta didik.
Terkait dalam hal ini akan lebih terlihat paedagogik seorang pendidik yang menerapkan atau tidaknya psikologi pendidikan dalam proses pembelajaran. Pada setiap pendidik memiliki metode – metode khusus dalam pengajaran. Dengan adanya psikologi pendidikan hal ini paling tidak dapat menjembatani dan juga menjadi nilai tambah pada metode pengajaran pada pendidik.
Belajar merupakan proses untuk mencari solusi dan problematika yang ada. Hasil dari proses pembelajaran akan terlihat apabila problem teratasi. Namun,jika tidak maka akan menambah problem yang ada. Dalam hal ini tentu seorang pendidik harus benar – benar memahami perkembangan pada diri peserta didik . Maka dari sini materi psikologi pendidikan akan terlihat dan sangat mempunyai peranan penting.

2. Berikan informasi lebih lengkap tentang proses psikologi yang berpengaruh pada proses belajar,seperti :”motivasi”,”perasaan”,”ingatan”,”fantasi”,”perhatian”,”pengamatan”,”tanggapan”.

Jawaban

Ø Motivasi
Motivasi adalah sebagai hasrat keinginan dan minat yang timbul dari seseorang dan langsung di tujukan kepada suatu objek.motivasi (dorongan) yang sangat besar berpengaruh membangkitkan aktivitas dan gairah belajar.motivasi yang dimiliki seseorang akan menentukan keberhasilan suatu pekerjaan sekalipun aktivitas tersebut di tunjuk oleh pembawaan,bakat dan keterampilan.
Sebagai proses motivasi mempunyai fungsi antara lain:
a) Memberi semangat dan mengaktifkan orang lain untuk tetap berminat dan siaga.
b) Memusatkan perhatian pada tugas-tugas tertentu yng berhubungan dengan pencapaian sukses
c) Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka panjang dan jangka pendek.







Ø Perasaan
Definisi perasaan ialah suatu pernyataan jiwa, yang sedikit banyak bersifat subjektif, untuk merasakan senang atau tidak senang,dan yang tidak bergantung pada perangsang dan alat – alat indra.
Sifat – sifat perasaan antara lain:
a. senang dan tidak senang
b. kuat dan lemah
c. lama dan tidak lama
d. relatif,dan
e. tidak berdiri sendiri sebagai pernyataan jiwa.




Nilai perasaan bagi manusia pada umumnya:
a. Dengan perasaan, kita dapat menyesuaikan diri dengan keadaan di sekitar kita, dengan keadaan tubuh kita, dengan masyarakat kita, dan sebagainya.
b. Dengan perasaan, kita dapat ikut serta merasakan atau mengalami, apa yang dirasakan atau dialami oleh sesama, meski pada zaman lampau atau pada tempat yang berjauhan.
c. Terutama dengan perasaan ke Tuhanan, kita dapat bersama – sama merasa nasib, tugas dan kewajiban kita terhadap tuhan yang dengan demikian kita mempunyai rasa peri kemanusiaan antara manusia, dan merasa senasib dengan segala makhluk. Dengan perasaan ini pula, maka terciptalah ketentraman di atas dunia.
d. Dengan perasaan, maka makhluk yang bernama manusia, dibedakan dengan makhluk – makhluk lain dan sebagainya.
Nilai perasaan di dalam pendidikan:
a. Perasaan dapat membawa manusia ke arah kebaikan dan keburukan. Jadi dapatlah anak manusia dididik.
b. Perasaan - perasaan rohaniah dapat menimbulkan kebahagiaan bagi manusia.
c. Janganlah kita bercerita tentang sesuatu yang menakutkan atau dapat menimbulkan rasa giris. Gantilah cerita semacam ini dengan cerita yang menyenangkan atau cerita – cerita pahlawan.
d. Hindarkanlah segala sesuatu yang dapat menimbulkan rasa rendah dan jahat kepada anak – anak, sekalipun hanya dengan kata – kata.
e. Kalau pendidik dapat dengan baik menanamkan rasa intelek, maka pada anak akan timbul rasa diri positif, tapi tidak sombong.












Ø Ingatan
Daya jiwa itu ialah ingatan. Ingatan ialah suatu daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan mereproduksikan kembali pengertian – pengertian atau tanggapan – tanggapan kita. Ingatan itu dipengaruhi oleh:
· Sifat perseorangan
· Keadaan di luar jiwa kita (alam sekitar, keadaan jasmani, dan sebagainya).
· Keadaan jiwa kita.(kemauan, perasaan dan sebagainya)
Bagaimana usaha guru agar bahan pelajaran dapat lama tinggal di dalam ingatan anak?Menurut ketiga daya yang terdapat di dalam ingatan kita maka pembedaan itu kita bagi atas tiga rumpun pula. Dari daya menerima, ada ingatan yang cepat dan ada yang lambat. Dari daya menyimpan ada yang luas dan ada yang sempit, kuat dan ada yang lemah, setia dan ada yang tidak setia.
a. Ingatan yang cepat dan mudah, artinya ingatan seseorang itu dapat cepat dan mudah menerima kesan – kesan.
b. Ingatan yang luas, artinya dalam sekaligus orang itu dapat menerima banyak kesan – kesan dan dalam daerah yang lebar.
c. Ingatan yang kuat, artinya ingatan orang itu dapat menyimpan kesan – kesan dalam waktu yang lama.
d. Ingatan yang setia, artinya ingatan orang itu dapat menyimpan kesan – kesan dengan tidak berubah daari kesan semula.
e. Ingatan yang mudah dan patuh, artinya ingatan orang itu dapat memproduksikan kembali kesan – kesan denga mudah dan tidak kurang dari kesan semula.
Berhubungan adanya ingatan yang berlainan ini maka guru harus mengingat juga hal ini di dalm memberikan bahan pelajaran kepada anak – anak, terutama harus memperhatikan segi kelemahan.
Usaha itu misalnya:
1. Guru jangan terlalu cepat pada ewaktu menerangkan sesuatu bahan pelajaran Tetapi jangan pula terlalu lambat agar anak yang ingatannya cepat tidak lekas bosan.
2. Berhubung dengan itu janganlah terlalu banyak bahan yang diberikan di dalam satu jam pelajaran. Sebab banyak berarti juga cepat.
3. Bahan pelajaran itu harus di ulang setiap ada kesempatan. Dan harus di usahakan oleh guru agar anak – anak mengulang.
4. Untuk mengusahakan agar bahan pelajaran tidak mudah berubah – ubah, maka pemberian pelajaran itu harus dapat memberikan:
a. Pengamatan yang mendekati kenyataan
b. Memberi kasan yang dalam










Ø Fantasi
Daya jiwa itu ialah fantasi. Yaitu suatu daya jiwa yang dapat mebentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan – tanggapan lama.
Fantasi ialah suatu daya jiwa untuk menciptakan sesuatu yang baru. Jadi dengan fantasi ini manusia dapat membentuk sesuatu yang sebelum ini belum ada, sehingga sesuatu yang baru itu merupakan suatu kreasi, meski dengan jalan bagaimanapun juga.
Manfaat dari fantasi ialah:
a. Dengan fantasi para seniman dapat menciptakan sesuatu yang baru dan kita ikut menikmatinya.
b. Dengsn fsntasi kita dapat ikut bersimpati dengan sesama manusia, meski berjauhan tempatnya.
c. Dengan fantasi kita dapat mengambil intisari dan mengikuti perjalanan sejarah meski sudah di jaman lalu.
d. Dengan fantasi kita dapat merencanakan hidup kita di hari nanti.
e. Dengan fantasi kita dapat merintang – rintang duka di hidup kini dan pergi kedunia yang indah.


Bahayanya:
a. Kalau orang sering dan berlebih lebihan pergi kedunia fantasi yang indah – indah karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup, orang akan mudah putus asa, karena kecewa pada waktu ia kembali kedunianya yang sebenarnya.
b. Juga dengan fantasi orang mudah sekali berdusta. Karena ia dikuasai fantasinya, lebih – lebih pada anak – anak.
c. Dalam merencanakan hidup dihari nannti, mudah sekali orang tergelincir ke rencana yang berlebih – lebihan sehingga besar pasak dari pada tiangnya.
d. Fantasi yang tanpa pinpinan dan penjagaan akan mudah sekali menjadi fantasi yang jauh dan liar.
Nilai fantasi dalam pendidikan:
a. mengajarkan pada anak sejarah ilmu bumi, mendongeng ilmu alam dsb.
b. Kita tidak akan tergesa – gesa menghukum karena menghukum karena dusta anak, sebab hal itu bukan disengaja oleh anak tapi terbawa oleh perkembangannya.
c. Membentuk watak anak – anak
d. Sebagai alat pengajaran kinder garten frobel adalah dengan maksud agar fantasi anak dapa berkembang dengan baik dan leluasa.













Ø Perhatian
Perhatian merupakan syarat psikologis dalam individu mengadakan persepsi,yang merupakan langkah persiapan,yaitu adanya kesediaan individu untuk mengadakan persepsi.perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang di tujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
Di tinjau dari segi timbulnya perhatian,perhatian dapat di bedakan atas perhatian spontan dan perhatian tidak spontan.
1. perhatian spontan, yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya,timbul dengan secara spontan.perhatian ini erat hubungannya dengan individu.bila individu telah mempunyai minat terhadap suatu objek,maka terhadap objek itu biasanya timbul perhatian yang spontan,secara otomatis perhatian itu akan timbul.
2. Perhatian tidak spontan, yaitu perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja,karena itu harus ada kemauan untuk manimbulkannya
Di lihat dari banyaknya objek yang dapat dicakup oleh perhatian pada suatu waktu,perhatian dapat di bedakan,perhatian yang sempit dan perhatian yang luas.
(a) Perhatian yang sempit ,yaitu perhatian individu pada suatu waktu hanya dapat memperhatian sedikit objek.
(b) Perhatian yang luas ,yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak objek pada suatu saat sekaligus. Misalnya orang melihat pasar malam, ada orang yang dapat menangkap objek sekaligus, tetapi sebaliknya ada orang yang tidak dapat berbuat demikian.

Sehubungan dengan ini perhatian dapat juga dibedakan atas perhatian yang terpusat dan perhatian yang terbagi-bagi.
(a) Perhatian yang terpusat yaitu individu pada suatu waktu hanya dapat memusatkan perhatian pada suatu objek.pada umumnya orang yang mempunyai perhatian yang sempit sejalan dengan perhatian yang terpusat.
(b) Perhatian yang terbagi-bagi ,yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal atau objek. Pada umumnya orang yang mempunyai perhatian yang luas sejalan dengan yang terbgi ini.



Dilihat dari fluktuasi perhatian, maka perhatian dapat dibedakan,perhatian yang statis dan perhatian yang dinamis.
(a) Perhatian yang statis ,yaitu individu dalam waktu yang tertentu dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju kepada objek tertentu.orang yang mempunyai perhatian semacam ini sukar memindahkan perhatiannya dari satu objek ke objek yang lain.
(b) Perhatian yang dinamis ,yaitu individu dapat memindahkan perhatiannya secara lincah dari satu objek ke objek yang lain.individu yang mempunyai perhatian






Ø Pengamatan
Pengamatan ialah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indra. Macam – macam alat indra:
3. Indra penglihat,
4. Indra pendengar,
5. Indra pembau,
6. Indra perasa atau pengecapan,
7. Indra peraba,
8. Indra keseimbangan,
9. Indra perasa urat daging (kinestetik)
10. Indra perasa jasmaniah.


Didalam menyajikan bahan pelajaran, guru harus berusaha supaya pengajaran itu diberikan:
a. Dengan tidak terlalu cepat, sebab pengajaran itu harus jalas bagi anak – anak.
b. Jangan terlalu luas bahan yang diberikan sebab yang baik ialah pengetahuan yang mendalam artinya dimengerti oleh anak.
c. Pengajaran itu harus diragakan, artinya tidak hanya indra pendengar saja yang bekerja.
Usaha seorang guru dan orang tua yang mendapati anak yang cacat:
a. Anak yang rabun jauh: harus didudukan didepan dan anak yang rabun dekat harus ditempatkan dibelakang.
b. Anak yang cacat indra pendengarnya harus didudukan ditengah – tengah supaya dapat mendengar suara teman dan gurunya.





Ø Tanggapan
Tanggapan ialah gambaran pengamatan yang tinggal dikesadaran kita sesudah mengamati.
Tipe tanggapan yaitu:
a. Tipe visual, orang mempunyai ingatan yang baik sekali.
b. Tipe auditif, orang dapat mengingat dengan baik sekali bagi apa yang telah didengarnya.
c. Tipe motorik, orang itu dapat mengingat apa yang dirasakan gerakannya.
d. Tipe taktil, orang itu mempunyai ingatan yang baik buat segala yang telah pernah dirabanya.

Minggu, 15 Juni 2008

SEBAB-SEBAB KENAKALAN REMAJA

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
KAMIS, 27 APRIL 2008
SEBAB-SEBAB KENAKALAN REMAJA

REMAJA ANTARA HARAPAN DAN TANTANGAN
OLEH
FAIZAH ALI SYIBROMALISI

Pendahuluan
Di tengah-tengah gemuruhnya riak reformasi yang menyedot perhatian seluruh bangsa Indonesia ke arah pembentukan Pemerintahan yang lebih bersih, adil dan mampu mengantarkan bangsa Indonesia menyongsong abad ke XXI yang sudah diambang pintu, rasanya sungguh relevan kalau kita membahas masalah remaja. Meskipun masa remaja itu sangat singkat tapi masa inila yang paling menentukan kelanjutan hidup seorang manusia. Para pakar pendidikan dan ilmu jiwa nampaknya sepakat mengatakan bahwa masa remaja adalah masa kritis seorang anak manusia dalam upaya menemukan jati dirinya.
Mengenal siapa remaja dan apa problema yang dihadapinya adalah suatu keharusan bagi orangtua. Dengan bekal pengetahuan ini orang tua dapat membimbing anaknya menataki masa-masa krisis tersebut dengan mulus. Hal ini sangat dirasakan oleh semua karena di bahu remaja masa kini terletak tanggungjawab moral sebagai generasi penerus, menggantikan generasi yang ada saat ini. Mereka inilah yang kelak berperan menjadi sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas, menjadi aset nasional dan tumpuan harapan bangsa dalam kompetisi global, yang tentunya kian hiruk pikuk di abad ke XXI.
Remaja dan Perkembangannya
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi pemuda, pemudi dewasa. Biasanya berlangsung antara usia 12/13 tahun sampai usia 19/20 tahun. Masa remaja ditandai dengan pertumbuhan pisik yang begitu bersar. Semua anggota tubuh dan organ remaja berkembang ke arah kesempurnaan. Kelenjar gondok mulai mengeluarkan hormon seks yang mengubah penampilan kekanakan menjadi seorang gadis cantik atau pemuda ganteng. Pertumbuhan pisik ini diiringi dengan pertumbuhan emosi, sehingga timbul sifat-sifat seperti rasa sensitif yang berlebihan, cepat marah, cepat tersinggung dan mulai timbul perasaan tertarik dengan lawan seks.
Masa remaja juga ditandai dengan pertumbuhan aktifitas intelektual, seperti kemapuan menalar, kemampuan berbahasa, kemampuan mengingat, memahami dan sebagainya. Di masa pertumbuhan ini remaja sering melamun, memperhatikan alam sekitarnya, mempertanyakan hal-hal yang terkait dengan kehidupan, agama, kematian dan sebagainya.
Di fase remaja inipula muncul berbagai bakat yang dimiliki, seperti bakat seni lukis, nyanyi, tari, tulis menulis dan sebagainya. Remaja juga mulai memperhatikan penampilannya di antara teman-temannya, sangat memperhatikan prestasi di sekolah, mereka begitu takut dicemooh atau ditolak oleh lingkungannya.
Peranan Orang Tua Bagi Remaja
Pertumbuhan intelektual dan kecerdasan remaja yang begitu pesat menimbulkan perasaan seolah-olah remaja telah mengetahui segalanya dan menemukan jati dirinya, sehingga remaja tidak lagi merasa membutuhkan orangtua atau nasehat-nasehat, mereka bahkan berusaha lepas dari kungkungan dan pengaruh orangtua, tapi jauh di lubuk hatinya remaja sebenarnya sangat membutuhkan orangtua, tidak hanya sebagai pelindung tapi juga sebagai figur yang dijadikan panutan baginya.
Perhatian orangtua, kasih sayang dan pengertian orangtua menghadapi ulah remaja membantu remaja mencapai kematangan emosi yang stabil. Di masa krisis ini orangtua harus bisa menciptakan situasi yang kondusif bagi pertumbuhan remaja seperti memberi rasa aman, menciptakan suasana yang harmonis dan ceria di rumah dan menjalin hubungan mesra dengan remaja. Semua faktor ini sangat menentukan keberhasilan remaja mengarungi masa-masa sulit dan krisis. Sikap orangtua yang tidak lagi menganggap remaja sebagai anak kecil tapi menghargai jati dirinya dan menjagi privasi yang sangat dibutuhkan, menimbulkan perasaan mandiri pada remaja. Hubungan anak dan orangtua yang terjalin erat dan harmonis akan menjadikan remaja berkepribadian yang terbuka, sebaliknya hubungan yang dingin, acuh tak acuh dengan orangtua menyebabkan remaja berkepribadian introver, tertutup, kadang-kadang bersifat mencurigai orang-orang di sekelilingnya.
Kenakalan Remaja dan Kelainan Tingkah Laku
Pertumbuhan pisik dan emosi yang begitu cepat pada diri remaja, sering menimbulkan berbagai konflik dan benturan dalam diri remaja. Perubahan pisik yang belum serasi dan sikap orang-orang di sekeliling remaja yang dianggapnya tidak memahami dirinya, benar-benar memberi rasa tidak nyaman pada diri remaja. Bias-bias ketidak puasan ini akibat kesulitan beradaptasi baik dengan dirinya maupun dengan keluarga dan lingkungan muncul dalam bentuk kenakalan remaja dan kelainan tingkah laku seperti berbohong, kabur dari sekolah, mencuri kecil-kecilan, merokok, meneggak minuman keras, menggunakan obat bius, menderita stress, depressi bahkan bunuh diri.
Sebab-sebab Kenakalan Remaja
Sebab-sebab kenakalan remaja sebenarnya beragam dan sangat kompleks. Secara ringkas dapat disebutkan sebab-sebab kenakalan itu adalah sebagai berikut:
1. Hormon seks.
Hormon laku-laki dituding sebagai penyebab kelainan tingkah laku remaja. Penelitian yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa remaja yang suka melakukan tindak kekerasan, memiliki hormon laki-laki dalam kadar yang tinggi. Perbedaan biologis dan hormonal pada remaja laki-laki dianggap sebagai pemicu tindak kekerasan. Oleh sebab itu remaja laki-laki lebih banyak tindak kekerasan dari remaja wanita.
2. Keluarga
Tidak diragukan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan pribadi remaja dan menentukan masa depannya. Mayoritas remaja yang terlibat dalam kenakalan atau melakukan tindak kekerasan biasanya berasal dari keluarga yang berantakan, keluarga yang tidak harmonis dimana pertengkaran ayah dan ibu menjadi santapan sehari-hari remaja. Bapak yang otoriter, pemabuk, suka menyiksa anak, atau ibu yang acuh tak acuh, ibu yang lemah kepribadian dalam atri kata tidak tegas menghadapi remaja, kemiskinan yang membelit keluarga, kuirangnya nilai-nilai agama yang diamalkan dll semuanya menjadi faktor yang mendorong remaja melakukan tindak kekerasan dan kenakalan.
Dr. Afaf Haddad, seorang dokter jiwa di Universitas Ain Syams, dalam konperensi kedokteran jiwa yang digelar di Toronto-Kanada menyebutkan pada kertas penelitiannya bahwa sikaf acuh-takacuh orangtua dan perlakuan tak mesra orangtua membuat anak menjadi stress dan pada akhirnya menjadi penyebab penyakit gangguan jiwa (Sezoprania). Kritikan, cemoohan dan cacian orangtua pada remaja, apalagi di depan orang banyak menimbulkan ketidak puasan anak pada dirinya, menimbulkan rasa putus asa menghilangkan konsentrasi belajar sehingga anak menarik diri dari pergaulan. Pelariannya adalah menenggak minuman keras atau menggunakan obat bius (narkotik)
3. Media elektronik
Tv, video, film dan sebagainya nampaknya ikut berperan merusak mental remaja, padahal mayoritas ibu-ibu yang sibuk menyuruh anaknya menonton tv sebagai upaya menghindari tuntutan anak yang tak ada habisnya. Sebuah penelitian lapangan yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa film-film yang memamerkan tindak kekerasan sangat berdampak buruk pada tingkah laku remaja. Anak yang sering menonton film-film keras lebih terlibat dalam tindak kekerasan ketika remaja dibandingkan dengan teman-temannya yang jarang menonton film sejenis. Polisi Amerika menyebutkan bahwa sejumlah tindak kekerasan yang pernah ditangani polisi ternyata dilakukan oleh remaja persis sama dengan adegan-adegan film yang ditontonnya. Ternyata anak meniru dan mengindentifikasi film-film yang ditontonnya.
4. Pengaruh pergaulan
Di usia remaja, anak mulai meluaskan pergaulan sosialnya dengan teman-teman sebayanya. Remaja mulai betah berbicara berjam-jam melelui telefon. Topik pembicaraan biasanya seputar pelajaran, film, tv atau membicarakan cowok/ cewek yang ditaksir dsb.
Hubungan sosial di masa remaja ini dinilai positif karena bisa mengembangkan orientasi remaja memperluas visi pandang dan wawasan serta menambah informasi, bahkan dari hubungan sosial ini remaja menyerap nilai-nilai sosial yang ada di sekelilingnya. Semua faktor ini menjadi penyokong dalam pembentukan kepribadiannya dan menambah rasa percaya diri karena pengaruh pergaulan yang begitu besar pada diri remaja, maka hubungan remaja dengan teman sebayanya menentuakan kualitas remaja itu. Kalau ini disadari oleh remaja, maka dengan sadar remaja akan menyeleksi teman yang d. Penelitian yang dilakukan oleh pihak kepolisian di Jakarta pada murid-murid sekolah menengah yang rajin tauran menunjukkan bahwa pencetus ide tauran itu hanyalah tiga atau empat orang remaja saja yang lainnya hanya ikut-ikutan. Pengawasan orantua secara tidak langsung dan dialog terbuka bisa menyadarkan remaja dari bahaya teman-teman yang tidak baik reputasinya.
5. Agama
Perasaan beragama pada remaja yang mereka serap dari lingkukangan menjadi milik pribadinya. Perasaan beragama ini biasanya tidak konstan, kadang-kadang remaja menunjukkan kesalehan yang berlebihan, di saat lain menunjukkan keraguan pada agama yang dianutnya. Di satu sisi remaja membutuhkan rasa keimanan kepada Allah untuk mencari ketenangan diri dari berbagai gejolak jiwa, di sisi lain agama berperan mengekang gejolak biologisnya. Orangtua yang hanya berfungsi sebagai panutan dalam pelaksanaan nilai-nilai agama di rumah belum menjamin remaja bisa menjadi anak yang saleh. Fungsi sebagai panutan harus disertai dengan hubungan yang erat antara orangtua dan remaja sehingga remaja dapat menyerap semua nilai-nilai agama langsung dari orangtuanya. Nilai-nilai inilah kelak yang akan menjadi bagian dari jatidirinya.
Penanggulangan Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja tidak bisa ditangani oleh orangtua saja tapi harus ada usaha usaha terpadu antara orang tua, guru dan aparat kepolisian. Karena pepatah mengatakan,“Tindakan preventif lebih baik dari tindakan kuratif”, maka saran-saran berikut bisa menghindari remaja dalam pertumbuhannya dari kelainan tingkah laku.
1. Memberi penyuluhan kepada orangtua bagaiman menyikapi ulah remaja.
2. Menyadarkan orangtua untuk tidak memperlakukan remaja sebagai anak kecil tetapi menghormati jati dirinya. Orang tua tidak boleh membedakan perlakuan di antara anak-anaknya.
3. Menumbuhkan budaya pujian dan menjauhkan kritik serta cemoohan bagi tingkah laku remaja.
4. Mengisi waktu kosong remaja dengan berbagai aktifitas yang bermanfaat dan menyedot energi remaja seperti olahraga, pramuka, kesenian dan sebagainya.
5. Mengobati stress dan depressi pada remaja sedini mungkin dengan bantuan pysiater.
Bagaimana dengan Remaja di Kairo
Setelah menguraikan secara singkat siapa remaja dan apa problem yang di hadapi, timbul pertanyaan bagaimana dengan remaja di Kairo?. Pertanyaan ini tidak aneh, kerena di tahun-tahun belakangan ini bisa kita saksikan remaja atau pemuda/pemudi yang berpenampilan remaja entah kerena dia memang benar-benar remaja atau memang masih mengalami kelanjutan masa remaja alias terlambat dewasa. Problema yang diuraikan secara sekilas di atas mungkin berlaku pula pada remaja di Kairo, namun lingkungan Kairo yang masih kental dengan nilai-nilai agama dan tradisi, rasanya cukup menjadi wadah yang kondusif bagi pertumbuhan nilai-nilai positif pada remaja. Berbagai benturan dan konflik kurang dirasakan, budaya tauran nampaknya belum dikenal walaupun pernah terjadi sebagai mana yang kita baca di surat kabar-surat kabar tapi ibarat bungan layu sebelum berkembang karena cepat dipupus oleh polisi setempat yang cepat mengambil tindakan. Narkotil dan minuman keras nampaknya masih tetap menjadi barang haram bagi para remaja di Kairo mengingat belum ada laporan kepolisian yang menyangkut kenakalan remaja Indonesia di Kairo dalam penggunaan narkotik dan minuman keras. Namun demikian kontrol sosial hendaknya lebih diefektifkan kembali, seling mengingatkan di antara sesama warga masyarakat Indonesia di Kairo harus benar-benar dilaksanakan sesuai dengan firman Allah dalam surah Al Ashr. Pengawasan atau kontrol sosial di sini harus mengandung makna kebebasan menyatakan pendapat dan kesediaan berbeda pendapat. Pengawasan sosial mutlak diperlukan para remaja walaupun mereka sudah merasa mandiri, sebab remaja selalu terancam oleh dorongan-dorongan dari dalam maupun dari luar dirinya. Dengan pengawasan ini diharapkan remaja di Kairo bisa menjadi pribadi yang tangguh yang berkarakter kuat, tidak mudah diombang-ambingkan keadaan sekeliling dan tidak mudah menyerah pada desakan-desakan dari dalam dirinya untuk melawan etika dan moral sehingga tindak kekerasan di antara sesama remaja atau sesama mahasiwa tidak akan pernah terulang lagi dalam sejarah kemahasiswaan di Kairo.
***
Daftar Kepustakaan
1. At Tahlil El Nafsi lil murahikah, Abdul Gani Ad-Didy, Dar El-Fikri, Libanon
2. Al Murahikuun wa asaalib muamalatihim, Dr. Kamelia Abdel Fattah, Daar Quba, Kairo
3. Surat Kabar Al-Ahram
4. Surat Kabar Kompas

www.kmnu.org - Copyright © KMNU Cairo - Egypt
http://pcinu-mesir.tripod.com/ilmiah/artikel/isartikel/makalah/Makalah96-02/tripod.lycos.com
http://pcinu-mesir.tripod.com/memberembedded
http://pcinu-mesir.tripod.com/ilmiah/artikel/isartikel/makalah/Makalah96-02/www.tripod.lycos.com
http://members.tripod.com/adm/img/common/ot_smallframe.gif?rand=486693
http://members.tripod.com/adm/img/common/ot_adserved.gif?rand=486693