Minggu, 15 Juni 2008

SEBAB-SEBAB KENAKALAN REMAJA

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
KAMIS, 27 APRIL 2008
SEBAB-SEBAB KENAKALAN REMAJA

REMAJA ANTARA HARAPAN DAN TANTANGAN
OLEH
FAIZAH ALI SYIBROMALISI

Pendahuluan
Di tengah-tengah gemuruhnya riak reformasi yang menyedot perhatian seluruh bangsa Indonesia ke arah pembentukan Pemerintahan yang lebih bersih, adil dan mampu mengantarkan bangsa Indonesia menyongsong abad ke XXI yang sudah diambang pintu, rasanya sungguh relevan kalau kita membahas masalah remaja. Meskipun masa remaja itu sangat singkat tapi masa inila yang paling menentukan kelanjutan hidup seorang manusia. Para pakar pendidikan dan ilmu jiwa nampaknya sepakat mengatakan bahwa masa remaja adalah masa kritis seorang anak manusia dalam upaya menemukan jati dirinya.
Mengenal siapa remaja dan apa problema yang dihadapinya adalah suatu keharusan bagi orangtua. Dengan bekal pengetahuan ini orang tua dapat membimbing anaknya menataki masa-masa krisis tersebut dengan mulus. Hal ini sangat dirasakan oleh semua karena di bahu remaja masa kini terletak tanggungjawab moral sebagai generasi penerus, menggantikan generasi yang ada saat ini. Mereka inilah yang kelak berperan menjadi sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas, menjadi aset nasional dan tumpuan harapan bangsa dalam kompetisi global, yang tentunya kian hiruk pikuk di abad ke XXI.
Remaja dan Perkembangannya
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi pemuda, pemudi dewasa. Biasanya berlangsung antara usia 12/13 tahun sampai usia 19/20 tahun. Masa remaja ditandai dengan pertumbuhan pisik yang begitu bersar. Semua anggota tubuh dan organ remaja berkembang ke arah kesempurnaan. Kelenjar gondok mulai mengeluarkan hormon seks yang mengubah penampilan kekanakan menjadi seorang gadis cantik atau pemuda ganteng. Pertumbuhan pisik ini diiringi dengan pertumbuhan emosi, sehingga timbul sifat-sifat seperti rasa sensitif yang berlebihan, cepat marah, cepat tersinggung dan mulai timbul perasaan tertarik dengan lawan seks.
Masa remaja juga ditandai dengan pertumbuhan aktifitas intelektual, seperti kemapuan menalar, kemampuan berbahasa, kemampuan mengingat, memahami dan sebagainya. Di masa pertumbuhan ini remaja sering melamun, memperhatikan alam sekitarnya, mempertanyakan hal-hal yang terkait dengan kehidupan, agama, kematian dan sebagainya.
Di fase remaja inipula muncul berbagai bakat yang dimiliki, seperti bakat seni lukis, nyanyi, tari, tulis menulis dan sebagainya. Remaja juga mulai memperhatikan penampilannya di antara teman-temannya, sangat memperhatikan prestasi di sekolah, mereka begitu takut dicemooh atau ditolak oleh lingkungannya.
Peranan Orang Tua Bagi Remaja
Pertumbuhan intelektual dan kecerdasan remaja yang begitu pesat menimbulkan perasaan seolah-olah remaja telah mengetahui segalanya dan menemukan jati dirinya, sehingga remaja tidak lagi merasa membutuhkan orangtua atau nasehat-nasehat, mereka bahkan berusaha lepas dari kungkungan dan pengaruh orangtua, tapi jauh di lubuk hatinya remaja sebenarnya sangat membutuhkan orangtua, tidak hanya sebagai pelindung tapi juga sebagai figur yang dijadikan panutan baginya.
Perhatian orangtua, kasih sayang dan pengertian orangtua menghadapi ulah remaja membantu remaja mencapai kematangan emosi yang stabil. Di masa krisis ini orangtua harus bisa menciptakan situasi yang kondusif bagi pertumbuhan remaja seperti memberi rasa aman, menciptakan suasana yang harmonis dan ceria di rumah dan menjalin hubungan mesra dengan remaja. Semua faktor ini sangat menentukan keberhasilan remaja mengarungi masa-masa sulit dan krisis. Sikap orangtua yang tidak lagi menganggap remaja sebagai anak kecil tapi menghargai jati dirinya dan menjagi privasi yang sangat dibutuhkan, menimbulkan perasaan mandiri pada remaja. Hubungan anak dan orangtua yang terjalin erat dan harmonis akan menjadikan remaja berkepribadian yang terbuka, sebaliknya hubungan yang dingin, acuh tak acuh dengan orangtua menyebabkan remaja berkepribadian introver, tertutup, kadang-kadang bersifat mencurigai orang-orang di sekelilingnya.
Kenakalan Remaja dan Kelainan Tingkah Laku
Pertumbuhan pisik dan emosi yang begitu cepat pada diri remaja, sering menimbulkan berbagai konflik dan benturan dalam diri remaja. Perubahan pisik yang belum serasi dan sikap orang-orang di sekeliling remaja yang dianggapnya tidak memahami dirinya, benar-benar memberi rasa tidak nyaman pada diri remaja. Bias-bias ketidak puasan ini akibat kesulitan beradaptasi baik dengan dirinya maupun dengan keluarga dan lingkungan muncul dalam bentuk kenakalan remaja dan kelainan tingkah laku seperti berbohong, kabur dari sekolah, mencuri kecil-kecilan, merokok, meneggak minuman keras, menggunakan obat bius, menderita stress, depressi bahkan bunuh diri.
Sebab-sebab Kenakalan Remaja
Sebab-sebab kenakalan remaja sebenarnya beragam dan sangat kompleks. Secara ringkas dapat disebutkan sebab-sebab kenakalan itu adalah sebagai berikut:
1. Hormon seks.
Hormon laku-laki dituding sebagai penyebab kelainan tingkah laku remaja. Penelitian yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa remaja yang suka melakukan tindak kekerasan, memiliki hormon laki-laki dalam kadar yang tinggi. Perbedaan biologis dan hormonal pada remaja laki-laki dianggap sebagai pemicu tindak kekerasan. Oleh sebab itu remaja laki-laki lebih banyak tindak kekerasan dari remaja wanita.
2. Keluarga
Tidak diragukan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan pribadi remaja dan menentukan masa depannya. Mayoritas remaja yang terlibat dalam kenakalan atau melakukan tindak kekerasan biasanya berasal dari keluarga yang berantakan, keluarga yang tidak harmonis dimana pertengkaran ayah dan ibu menjadi santapan sehari-hari remaja. Bapak yang otoriter, pemabuk, suka menyiksa anak, atau ibu yang acuh tak acuh, ibu yang lemah kepribadian dalam atri kata tidak tegas menghadapi remaja, kemiskinan yang membelit keluarga, kuirangnya nilai-nilai agama yang diamalkan dll semuanya menjadi faktor yang mendorong remaja melakukan tindak kekerasan dan kenakalan.
Dr. Afaf Haddad, seorang dokter jiwa di Universitas Ain Syams, dalam konperensi kedokteran jiwa yang digelar di Toronto-Kanada menyebutkan pada kertas penelitiannya bahwa sikaf acuh-takacuh orangtua dan perlakuan tak mesra orangtua membuat anak menjadi stress dan pada akhirnya menjadi penyebab penyakit gangguan jiwa (Sezoprania). Kritikan, cemoohan dan cacian orangtua pada remaja, apalagi di depan orang banyak menimbulkan ketidak puasan anak pada dirinya, menimbulkan rasa putus asa menghilangkan konsentrasi belajar sehingga anak menarik diri dari pergaulan. Pelariannya adalah menenggak minuman keras atau menggunakan obat bius (narkotik)
3. Media elektronik
Tv, video, film dan sebagainya nampaknya ikut berperan merusak mental remaja, padahal mayoritas ibu-ibu yang sibuk menyuruh anaknya menonton tv sebagai upaya menghindari tuntutan anak yang tak ada habisnya. Sebuah penelitian lapangan yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa film-film yang memamerkan tindak kekerasan sangat berdampak buruk pada tingkah laku remaja. Anak yang sering menonton film-film keras lebih terlibat dalam tindak kekerasan ketika remaja dibandingkan dengan teman-temannya yang jarang menonton film sejenis. Polisi Amerika menyebutkan bahwa sejumlah tindak kekerasan yang pernah ditangani polisi ternyata dilakukan oleh remaja persis sama dengan adegan-adegan film yang ditontonnya. Ternyata anak meniru dan mengindentifikasi film-film yang ditontonnya.
4. Pengaruh pergaulan
Di usia remaja, anak mulai meluaskan pergaulan sosialnya dengan teman-teman sebayanya. Remaja mulai betah berbicara berjam-jam melelui telefon. Topik pembicaraan biasanya seputar pelajaran, film, tv atau membicarakan cowok/ cewek yang ditaksir dsb.
Hubungan sosial di masa remaja ini dinilai positif karena bisa mengembangkan orientasi remaja memperluas visi pandang dan wawasan serta menambah informasi, bahkan dari hubungan sosial ini remaja menyerap nilai-nilai sosial yang ada di sekelilingnya. Semua faktor ini menjadi penyokong dalam pembentukan kepribadiannya dan menambah rasa percaya diri karena pengaruh pergaulan yang begitu besar pada diri remaja, maka hubungan remaja dengan teman sebayanya menentuakan kualitas remaja itu. Kalau ini disadari oleh remaja, maka dengan sadar remaja akan menyeleksi teman yang d. Penelitian yang dilakukan oleh pihak kepolisian di Jakarta pada murid-murid sekolah menengah yang rajin tauran menunjukkan bahwa pencetus ide tauran itu hanyalah tiga atau empat orang remaja saja yang lainnya hanya ikut-ikutan. Pengawasan orantua secara tidak langsung dan dialog terbuka bisa menyadarkan remaja dari bahaya teman-teman yang tidak baik reputasinya.
5. Agama
Perasaan beragama pada remaja yang mereka serap dari lingkukangan menjadi milik pribadinya. Perasaan beragama ini biasanya tidak konstan, kadang-kadang remaja menunjukkan kesalehan yang berlebihan, di saat lain menunjukkan keraguan pada agama yang dianutnya. Di satu sisi remaja membutuhkan rasa keimanan kepada Allah untuk mencari ketenangan diri dari berbagai gejolak jiwa, di sisi lain agama berperan mengekang gejolak biologisnya. Orangtua yang hanya berfungsi sebagai panutan dalam pelaksanaan nilai-nilai agama di rumah belum menjamin remaja bisa menjadi anak yang saleh. Fungsi sebagai panutan harus disertai dengan hubungan yang erat antara orangtua dan remaja sehingga remaja dapat menyerap semua nilai-nilai agama langsung dari orangtuanya. Nilai-nilai inilah kelak yang akan menjadi bagian dari jatidirinya.
Penanggulangan Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja tidak bisa ditangani oleh orangtua saja tapi harus ada usaha usaha terpadu antara orang tua, guru dan aparat kepolisian. Karena pepatah mengatakan,“Tindakan preventif lebih baik dari tindakan kuratif”, maka saran-saran berikut bisa menghindari remaja dalam pertumbuhannya dari kelainan tingkah laku.
1. Memberi penyuluhan kepada orangtua bagaiman menyikapi ulah remaja.
2. Menyadarkan orangtua untuk tidak memperlakukan remaja sebagai anak kecil tetapi menghormati jati dirinya. Orang tua tidak boleh membedakan perlakuan di antara anak-anaknya.
3. Menumbuhkan budaya pujian dan menjauhkan kritik serta cemoohan bagi tingkah laku remaja.
4. Mengisi waktu kosong remaja dengan berbagai aktifitas yang bermanfaat dan menyedot energi remaja seperti olahraga, pramuka, kesenian dan sebagainya.
5. Mengobati stress dan depressi pada remaja sedini mungkin dengan bantuan pysiater.
Bagaimana dengan Remaja di Kairo
Setelah menguraikan secara singkat siapa remaja dan apa problem yang di hadapi, timbul pertanyaan bagaimana dengan remaja di Kairo?. Pertanyaan ini tidak aneh, kerena di tahun-tahun belakangan ini bisa kita saksikan remaja atau pemuda/pemudi yang berpenampilan remaja entah kerena dia memang benar-benar remaja atau memang masih mengalami kelanjutan masa remaja alias terlambat dewasa. Problema yang diuraikan secara sekilas di atas mungkin berlaku pula pada remaja di Kairo, namun lingkungan Kairo yang masih kental dengan nilai-nilai agama dan tradisi, rasanya cukup menjadi wadah yang kondusif bagi pertumbuhan nilai-nilai positif pada remaja. Berbagai benturan dan konflik kurang dirasakan, budaya tauran nampaknya belum dikenal walaupun pernah terjadi sebagai mana yang kita baca di surat kabar-surat kabar tapi ibarat bungan layu sebelum berkembang karena cepat dipupus oleh polisi setempat yang cepat mengambil tindakan. Narkotil dan minuman keras nampaknya masih tetap menjadi barang haram bagi para remaja di Kairo mengingat belum ada laporan kepolisian yang menyangkut kenakalan remaja Indonesia di Kairo dalam penggunaan narkotik dan minuman keras. Namun demikian kontrol sosial hendaknya lebih diefektifkan kembali, seling mengingatkan di antara sesama warga masyarakat Indonesia di Kairo harus benar-benar dilaksanakan sesuai dengan firman Allah dalam surah Al Ashr. Pengawasan atau kontrol sosial di sini harus mengandung makna kebebasan menyatakan pendapat dan kesediaan berbeda pendapat. Pengawasan sosial mutlak diperlukan para remaja walaupun mereka sudah merasa mandiri, sebab remaja selalu terancam oleh dorongan-dorongan dari dalam maupun dari luar dirinya. Dengan pengawasan ini diharapkan remaja di Kairo bisa menjadi pribadi yang tangguh yang berkarakter kuat, tidak mudah diombang-ambingkan keadaan sekeliling dan tidak mudah menyerah pada desakan-desakan dari dalam dirinya untuk melawan etika dan moral sehingga tindak kekerasan di antara sesama remaja atau sesama mahasiwa tidak akan pernah terulang lagi dalam sejarah kemahasiswaan di Kairo.
***
Daftar Kepustakaan
1. At Tahlil El Nafsi lil murahikah, Abdul Gani Ad-Didy, Dar El-Fikri, Libanon
2. Al Murahikuun wa asaalib muamalatihim, Dr. Kamelia Abdel Fattah, Daar Quba, Kairo
3. Surat Kabar Al-Ahram
4. Surat Kabar Kompas

www.kmnu.org - Copyright © KMNU Cairo - Egypt
http://pcinu-mesir.tripod.com/ilmiah/artikel/isartikel/makalah/Makalah96-02/tripod.lycos.com
http://pcinu-mesir.tripod.com/memberembedded
http://pcinu-mesir.tripod.com/ilmiah/artikel/isartikel/makalah/Makalah96-02/www.tripod.lycos.com
http://members.tripod.com/adm/img/common/ot_smallframe.gif?rand=486693
http://members.tripod.com/adm/img/common/ot_adserved.gif?rand=486693

Tidak ada komentar: